Amanat.news – Nilai-nilai luhur yang sesuai dengan budaya Indonesia harus menjadi pengawal komunikasi digital saat ini. Kebebasan komunikasi digital yang tidak dibentengi dengan kebudayaan luhur akan membawa dampak negatif, terutama melalui sosial media.
“Contoh paling nyata saat ini etika dalam memberikan komentar terhadap postingan sosial media. Apabila tidak dibatasi oleh nilai luhur kebudayaan Indonesia tentu saja akan berdampak negatif terhadap pembuat konten maupun orang lain yang menjadi pembaca komentar,” ujar Heidar Hasni.
Heidar yang menyebut dirinya sebagai digital marketing enthusiast akan menjadi pembicara Seminar Merajut Nusantara ‘Berkomunikasi Digital yang Berbudaya Luhur’, Rabu (31/7/2024). Seminar yang diadakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) ini digelar secara online pada pukul 13.30 WIB.
Selain Heidar, Ketua DPW PAN Jawa Timur dan anggota Komisi I DPR RI, Ahmad Rizki Sadig, juga menjadi salah satu pembicara seminar ini. Heidar sendiri merupakan kader PAN yang pada Pemilu Legislatif lalu maju sebagai calon anggota legislatif DPRD Kabupaten Malang.
Sebagai informasi, Data We Are Social menyebut, pada awal 2022 pengguna internet di negeri ini mencapai 204,7 juta orang. Angka tersebut berarti 73,7 persen dari total penduduk yang berjumlah 277,7 juta orang.
”Kalau melihat data dan angka tersebut, saat ini masyarakat Indonesia dapat dikategorikan sebagai masyarakat digital,” kata Heidar.
Namun survei Digital Civil Index (DCI) dari Microsoft pada 2020 menyebutkan bahwa warganet Indonesia merupakan pengguna media sosial yang paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Kesopanan netizen Indonesia menempati posisi 29 dari 32 negara dengan skor 76.
Warganet Indonesia masih suka menyebarkan hoaks, ujaran kebencian, penipuan daring, serta diskriminasi di ruang-ruang digital. Untuk mengatasi persoalan tersebut, komunikasi di dunia digital yang mengandung nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, perlu dibudayakan. HK