
Masyarakat Madura menghidangkan semacam kue serabi sebagai ungkapan syukur menyambut Lailatul Qadar. Malem slekoran, sebuah tradisi dengan semangat menghargai dan saling berbagi.
Amanat.news – Hari ini, Ramadan 1446 H, sudah memasuki malam ke-21. Di Indonesia banyak tradisi untuk menyambut malam yang istimewa ini.
Salah satu masyarakat yang masih menjalankan tradisi menyambut malam ke-21 Ramadan adalah masyarakat Madura. Di Pulau Garam ini, masyarakat menyebut tradisi tersebut sebagai malem slekoran.
Tradisi malem slekoran sudah berlangsung sangat lama dan dilakukan turun-temurun sampai sekarang. Mengutip tebuireng.online, malem slekoran dimaksudkan untuk menyambut malam mulia Lailatur Qadar yang diyakini jatuh pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan.
Malem slekoran menjadi pengingat peristiwa penting dalam sejarah perkembangan Islam. Yaitu saat Nabi Muhammad SAW turun dari Gua Hira di Jabal Nur setelah menerima wahyu pertamanya pada malam 17 Ramadan.

Masyarakat pedesaan di Madura, biasanya membuat kue semacam serabi dan dadar gulung untuk menyambut datangnya malam ke-21 Ramadan itu. Mereka menghidangkan kue tersebut dengan siraman kolak pisang atau ubi.
“Kue serabi sebagai ungkapan syukur menyambut Lailatul Qadar,” tulis tebuireng.online.
Setelah sajian siap, selanjutnya dibawa ke masjid atau mushola terdekat. Kemudian dinikmati bersama atau dibagikan kepada masyarakat sekitar seusai shalat tarawih dan tadarus.
“Kita bisa menghargai hidangan tetangga, dan dari situ timbul rasa saling berbagi dengan mengantarkan hidangan untuk dinikmati bersama jamaah di masjid,” lanjut tebuireng.online. HK