Amanat.news – Ekonom Universitas Indonesia (UI) yang juga Sekretaris Jenderal pertama Partai Amanat Nasional, Faisal Basri, meninggal dunia pagi ini. PAN Jawa Timur turut berduka dan bersaksi almarhum sebagai pejuang hebat.
“Inna lillahi wa Inna ilaihi rajiun. Turut berduka cita mendalam atas meninggalnya Bapak Faisal Basri. Semoga Allah SWT menerima amal shalihnya, mengampuni dosa dan kesalahannya, memberikan tempat yang mulia di sisi-Nya. Semoga keluarga yang ditinggalkannya diberikan ketabahan dan kekuatan iman. Selamat jalan pejuang hebat,” tulis pengurus DPW PAN Jawa Timur, Ali Mu’thi, di grup whatsapp DPW PAN Jatim, Kamis (5/9/2024).
“Selamat jalan Pak Faisal. Kami bersaksi njenengan orang baik,” imbuh Wakil Ketua DPW PAN Jatim, Basuki Babussalam di WAG yang sama.
Faisal Basri menjadi Sekjen PAN pertama setelah dideklarasikan oleh Amien Rais pada masa reformasi. Ketika itu Amien Rais didapuk menjadi Ketua Umum PAN sebagai calon pemimpin alternatif setelah kejatuhan Presiden Soeharto.
“Waktu Pak Amien tentu saja didapuk jadi ketua umum partai sebagai calon pemimpin nasional alternatif, cari Sekjen ya tidak ketemu. Saya tidak ada niat sama sekali, waktu formatur menyusun pun saya tidak ikut,” kata Faisal, dikutip dari Kompas.id, Senin (28/6/2021).
Namun, karier politik Faisal tidak berlangsung lama. Ia mengaku lebih menyukai menjadi ekonom ketimbang politisi. Kehidupan di partai politik tidak seperti yang ia bayangkan.
“Saya sudah menyimpulkan bahwa kehidupan lewat partai tidak efektif, tidak seperti yang saya bayangkan,” tutur dia.
Faisal menuturkan, awalnya PAN mendeklarasikan diri sebagai partai yang modern, inklusi, nondiskriminatif. Akan tetapi, konsep tersebut berubah dalam kongres pertama PAN yang digelar pada 10 hingga 13 Februari 2000. Sejak saat itu, Faisal mengaku semakin yakin untuk keluar dari PAN.
“Kan kita bikin platform jadi partai modern, inklusi, nondiskriminatif gitu-gitu kan, dikhianati dalam Kongres PAN yang pertama di Yogyakarta. Mereka mengubah asas partai, dari partai yang tadi saya sebutkan menjadi partai yang berasaskan iman dan taqwa,” ungkap dia.
“Waduh, saya bilang ini setelah diskusi panjang begitu ya, ini sudah fondasi partainya, sudah tidak seperti yang kita bayangkan dulu ya, ya saya tinggalkan saja,” imbuh dia.
Setelah itu, Faisal tidak lagi mau menjadi anggota partai politik tertentu. Kemudian Faisal mendirikan organisasi Pergerakan Indonesia yang mencita-citakan politik bersih, berkarakter, dan berideologi. Faisal mengaku tidak cocok berada dalam dunia kepartaian karena tidak maksimal dalam menyuarakan pendapatnya.
“Karena tidak ada partai politik di Indonesia yang mempunyai ideologi, adanya asas. PI (Pergerakan Indonesia) ideologinya social democracy,” kata Faisal.
Faisal Basri meninggal pada usia 65 tahun. Ia menghembuskan nafas terakhirnya pagi ini, pukul 03.50 WIB di RS Mayapada.
Jenazah disemayamkan di rumah duka, Komplek Gudang Peluru, Tebet, Jakarta Selatan. Pemakaman akan dilakukan ba’da ashar, berangkat dari Mesjid Az Zahra, komplek setempat. HK