
Amanat.news – Aris Budi Prasetyo mengawali karir sepak bola profesionalnya bersama Arema pada musim 1994-1995. Kala itu, ia turut membawa Arema promosi ke Divisi Utama (Liga 1).
Bersama klub kebanggaan arek-arek Malang itu, Aris Budi mengalami periode terbaiknya di sepak bola. Ia membawa Arema menjuarai Copa Dji Sam Soe secara beruntun pada 2005 dan 2006.
Pada 2006, ia tidak hanya mengangkat piala juara, tetapi juga menerima piagam sebagai pemain terbaik. Sejak itu, ia menjadi incaran sejumlah klub, baik dalam maupun luar negeri, seperti Persija, Persebaya, Persik, dan Selangor FC.
Selangor FC, klub kaya dari Malaysia, bahkan menawarkan harga transfer yang cukup tinggi waktu itu, Rp. 1 miliar. Namun Aris lebih memilih berlabuh di Persik Kediri, yang hanya menyediakan dana sebesar Rp. 825 juta untuk memboyongnya.
“Saya memilih Persik karena nilainya tak beda jauh dan saya dekat dengan keluarga,” ungkap Aris Budi.
Tak lama bergabung dengan klub kebanggaan Kota Kediri itu, Aris sudah menunjukkan taji kehebatannya. Di Stadion Manahan, ia menyumbang 1 gol saat Persik mengalahkan klub elite Australia, Sidney FC, 2-1, dalam Liga Champian Asia 2007.
Bukan hanya di dua klub Jawa Timur itu Aris Budi menunjukkan kehebatannya sebagai bek tangguh. Ia juga pernah menjadi palang pintu bagi Petrokimia Putra dan PKT Bontang.
Pada partai final Liga Indonesia 2002 di Stadion Gelora Bung Karno, ia membawa Petrokimia juara setelah mengalahkan Persita Tangerang 2-1. Namun sebelumnya, pada 2000 ia gagal membawa PKT juara karena kalah di final lawan PSM Makassar, 2-3, meski ia menyumbang satu gol.
Meski berposisi sebagai pemain belakang, Aris Budi memang tak jarang mencatatkan namanya di papan skor. Bek tengah jangkung bernomor punggung 18 ini kerap membantu timnya saat menyerang, terutama bila terjadi bola mati.
Tubuhnya yang tinggi menjadi andalannya untuk memenangi duel udara dengan lawan. Lompatannya mampu mengganggu pergerakan lawan yang dijaga maupun menjaganya.
Pada 2008-2010 ia kembali ke Malang, namun bukan untuk membela Arema. Selama dua tahun itu, Aris Budi menjadi bek Persema dan mengakhiri karir profesionalnya di klub ini.
”Saya cidera ligamen lutut kiri, sehingga harus dioperasi, dan setelahnya membuat performa menurun,” ujar bek yang pernah dipanggil tim nasional pada Piala Asia 2004 itu.

Berhenti sebagai pemain sepak bola profesional, Aris Budi kemudian terjun ke dunia politik. Pada 2014 ia terpilih sebagai anggota DPRD Kota Pasuruan dari PAN.
Menjadi politisi yang duduk di kursi wakil rakyat, bukan berarti Aris Budi benar-benar meninggalkan dunia sepak bola. Pada 2018 ia mendirikan akademi sepak bola dengan namanya sebagai brand, Aris Budi Soccer Academy (ABSA).
“Saya tidak akan pernah meninggalkan sepak bola. Semua yang saya miliki, termasuk rumah dan mobil, saya dapatkan dari sepak bola. Bahkan saya jadi anggota dewan juga karena sepak bola,” katanya.
Sebenarnya pada 2001, saat masih menjadi pemain aktif, ia sudah mendirikan sekolah sepak bola, SSB Aris Putera Pasuruan. Jauh-jauh hari Aris juga telah menyiapkan diri untuk menjadi pelatih, hingga mengantongi sertifikat kepelatihan lisensi B-AFC.
“Anak-anak Pasuruan memiliki potensi untuk menjadi pemain hebat. Saya ingin ada pemain dari sini yang bisa berkiprah di Liga 1 atau 2, bahkan menjadi pemain tim nasional Indonesia,” kata Aris mengenai motivasinya menjadi pelatih. HK/Bersambung