Amanat.news – Sarung bermotif gambar matahari mewarnai pendaftaran bakal calon anggota legislatif PAN di Jawa Timur, Jumat (12/5/2023). Para pengurus DPW hingga DPD PAN dan Bacaleg laki-laki di semua tingkatan mendatangi kantor KPUD, baik propinsi maupun kota/kabupaten, dengan bersarung.

“Kami ingin momentum pendaftaran Bacaleg ini sebagai ajang berpolitik dengan riang gembira. Bukan politik yang menegangkan dan memisahkan. Tapi beradu gagasan baik untuk bantu rakyat,” kata Ketua DPW PAN Jawa Timur Ahmad Rizki Sadig mengenai himbauannya mengenakan sarung kepada seluruh jajaran pengurus dan Bacaleg PAN saat mendaftar ke KPU.

Sekretaris DPD PAN Sidoarjo, Bangun Winarso menyebut sarung yang mereka kenakan merupakan simbol nasionalis religius yang sesuai budaya Indonesia. Sarung juga melambangkan bahwa PAN adalah partai terbuka yang memberikan kesempatan siapapun untuk bergabung.

“Kami intens komunikasi dengan pondok pesantren, para kiai, santri dan sebagainya. Indonesia mayoritas adalah NU dan Muhammadiyah, kami bertekad menjadi rumah besar bagi semua golongan,” jelasnya.

Senada, Ketua DPD PAN Kabupaten Jember Abdussalam menyebut sarungan sebagai bagian mengikuti kultur Jawa Timuran. Sarungan juga sebagai sebuah lambang untuk mengabarkan bahwa PAN adalah partai terbuka.

“Bersarung semua karena PAN di Jember berinovasi mengikuti kultur yang ada. PAN terbuka untuk semua. Logo kita matahari, matahari untuk semua umat. PAN juga begitu. Tidak harus warga Muhammadiyah, tidak harus NU. Semuanya berkesempatan menjadi kader PAN,” kata Abdussalam.

Sementara Ketua DPD PAN Banyuwangi Juwaeni mengatakan sarung identik dengan santri yang kerap mengadakan kegiatan sepiritual pengajian. Selain itu, sarung juga disebut sebagai tanda hijrah.

“Menurut filosofi Jawa sa itu diartian barang yang jelek dan rung diartikan kurung. Jadi sarung adalah untuk menutup barang yang jelek, sekaligus merupakan simbol dari santri,” ujar Juwaini.

Ketua DPD PAN Jombang, H. Dukha, menyebut sarung sebagai penghormatan terhadap kearifan lokal. Terutama karena Jombang memiliki kultur santri yang sangat kuat.

“Kami memakai sarung dan peci sebagai cara menghormati kearifan lokal, bahwa Jombang adalah kota santri,” jelas Dukha. HK

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *