
Lima belas abad silam, kaum Muslimin melakukan perang terbuka pertamanya melawan pasukan kafir Quraisy. Perang Badar, yang terjadi pada 17 Ramadan tahun kedua Hijriah, berhasil dimenangkan kaum Muslimin melalui strategi perang yang matang.
Amanat.news – Perlakuan buruk kaum kafir Quraisy terhadap kaum Muslimin tidak berhenti meskipun orang-orang Islam sudah hijrah ke Madinah. Kaum kafir Quraisy terus melakukan teror dengan menyerang dan berusaha menguasai harta kaum Muslim.
Karena teror dan gangguan tersebut, Rasulullah Muhammad SAW berpikir untuk memerangi sekaligus memberi pelajaran kaum kafir Quraisy. Perang yang direncanakan ini nantinya juga untuk mengembalikan harta benda milik Muslimin yang dirampas kaum kafir.
Hingga suatu saat, ada kabar yang menyebar di Madinah mengenai perjalanan pulang kafilah dagang besar Quraisy dari Syam menuju Makkah. Laporan spionase menyebut kafilah yang dipimpin Abu Sufyan ini membawa muatan niaga yang sangat berharga.
Dalam buku Sirah Nabawiyah Sejarah Hidup Nabi Muhammad, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri menulis, kafilah tersebut membawa harta kekayaan penduduk Makkah. Jumlahnya sebanyak 1000 ekor unta dan harta senilai tidak kurang dari 5000 dinar emas.
”Ini adalah kafilah dagang Quraisy yang membawa harta benda mereka. Hadanglah kafilah itu, semoga Allah memberikan barang rampasan itu kepada kalian,” demikian perintah Rasulullah.
Kemudian, strategi taktik dan siasat perang pun disusun.
Membangun Pasukan
Syaikh Shafiyyurrahman menulis, kaum Muslimin berhasil mengumpulkan pasukan sebanyak 317 orang yang terdiri dari 82 hingga 86 Muhajirin, 61 suku Aus, dan 170 dari Khazraj. Pasukan kecil ini didukung oleh dua ekor kuda dan 70 ekor unta.
Satu unta dinaiki dua atau tiga orang. Rasulullah sendiri menaiki seekor unta bersama Ali bin Abi Thalib dan Martsad bin Abu Martsad Al – Ghanawi.
Pembagian Komando
Bendera komando tertinggi berwarna putih diserahkan kepada Mush’ab bin Umair Al-Qurasyi Al-Abdari. Pasukan Muslimin kemudian dibagi dua, bendera Muhajirin diserahkan kepada Ali bin Abi Thalib, bendera Anshar diserahkan kepada Sa’ad bin Mu’adz.
Kemudian, komando sayap kanan dan kiri diserahkan kepada dua orang pemilik kuda, Az Zubair bin Al-Awwam dan Al-Miqdad bin Amr. Sementara pertahanan garis belakang dipimpin Qais bin Sha’sha’ah, dan komando perang tertinggi dipegang Rasulullah.
Aksi Spionase
Kegiatan mata-mata sudah dilakukan saat mencari informasi tentang rombongan kafilah Quraisy di Syam. Kemudian dilanjutkan oleh Rasulullah sendiri dan Abu Bakar Ash-Shiddig di dekat Badar untuk mencari informasi posisi musuh.
Selanjutnya, aksi spionase diserahkan kepada tiga orang komandan Muhajirin; Ali bin Abi Thalib, Az-Zubair bin Al-Awwam, dan Sa’ad bin Abu Waqqash. Mereka menuju ke mata air Badar dan berhasil menangkap dua orang pesuruh kaum Quraisy.
Interogasi kepada dua orang itu berhasil mendapatkan data mengenai posisi dan jumlah kekuatan pasukan kafir Quraisy. Posisi mereka berada di balik sebuah bukit pasir dengan kekuatan bantuan dari Makkah antara 900-1000 orang pasukan.
Posisi Strategis
Atas usul Al-Hubab bin Al-Mundzir, Rasulullah memerintahkan pasukan Muslim untuk tiba di Badar sebelum pasukan musuh. Tujuannya untuk menguasai dan menghalangi pasukan Quraisy memanfaatkan sumber mata air yang ada di sana.
Pada petang hari kaum Muslimin sudah berada di sumber mata air dan berada di tempat itu selama separuh malam. Kaum Muslimin membuat sebuah kolam air dan menimbun kolam-kolam yang lain.
”Setelah kita berperang menghadapi mereka, kita bisa minum dan mereka tidak bisa,” ucap Al Hubab tentang siasatnya.
Posisi Komandan
Ketika kaum Muslimin sudah sampai di dekat mata air, Sa’ad bin Mu’adz mengusulkan untuk membuat tempat khusus bagi Rasulullah. Tempat ini berfungsi sebagai tempat memberikan komando, sekaligus antisipasi serangan mendadak.
Sebuah tenda kemudian didirikan di tempat itu, tempat tinggi di sebelah timur laut medan perang. Beberapa pemuda Anshar ikut menyertai Sa’ad bin Mu’adz berjaga-jaga di sekitar Rasulullah.
Menyiagakan Pasukan
Pada malam sebelum perang, malam Jumat, 17 Ramadan 2 H, pasukan Muslimin bersiaga untuk melakukan peperangan keesokan hari. Rasulullah berkeliling tempat yang akan dijadikan medan pertempuran.
”Ini tempat kematiannya Fulan esok hari insya Allah, dan ini tempat kematiannya Fulan insya Allah,” kata Rasulullah sambil menunjukkan jarinya ke suatu tempat.
Malam itu, pasukan Muslimin dapat beristirahat cukup dengan tidur pulas dan hati bertabur keyakinan akan kemenangan di esok hari. Sementara Rasulullah lebih banyak mendirikan salat di dekat pohon yang tumbuh di sana.
Serangan Balik
Saat perang dimulai, yang waktunya bertepatan dengan 13 Maret 624 Masehi, pasukan Islam berhasil menghadang serangan musuh yang dilancarkan secara bergelombang dan terus menerus. Caranya dengan tetap berdiri di tempat semula dengan sikap defensif.
Dalam buku Sirah Nabawiyah disebutkan, Rasulullah sempat diserang kantuk dalam sekejap. Setelah itu Rasulullah mendongakkan kepalan seraya bersabda: “Bergembiralah wahai Abu Bakar. Jibril telah datang di atas gulungan-gulungan debu.”
Setelah itu Rasulullah memungut segenggam pasir lalu mendekat ke arah pasukan Quraisy sembari berkata: “Wajah-wajah yang buruk.” Rasulullah kemudian menaburkan pasir tersebut ke wajah-wajah mereka.
Pada saat itu, Rasulullah juga mengeluarkan perintah pamungkas kepada pasukan Muslim untuk melakukan serangan balik seraya berkata: ”Kokohkanlah!”. Rasulullah memerintahkan serangan balik karena serangan musuh tidak lagi gencar dan semangat mereka mulai mengendur.
Perintah Nabi Muhammad ini diikuti pasukan Muslimin dengan serangan secara serentak dan gencar. Mereka mencerai-beraikan barisan musuh hingga banyak korban bergelimpangan di pihak Quraisy.
Semangat pasukan Muslimin semakin berkobar setelah melihat Rasulullah terjun ke medan perang sambil mengenakan baju zirah. Saat itu, Rasulullah dengan suara lantang membacakan ayat: ”Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.”
Selain strategi jitu, kaum Muslimin bertempur hebat dengan bantuan para malaikat. Dalam riwayat Ibnu Sa’ad, dari Ikrimah, disebutkan bahwa ia berkata: ”Pada saat itu ada kepala orang musyrik terkulai, tanpa diketahui siapa yang membabatnya. Ada pula tangan yang putus, tanpa diketahui siapa yang menyabetnya.”
Sejarah mencatat, selama 2 jam bertempur, kaum Muslimin memenangkan perang kolosal pertamanya terhadap kaum kafir Quraisy itu. Tercatat ada 70 orang Quraisy tewas, termasuk pemimpin mereka, Abu Jahal, dan 70 orang ditawan, yang sebagian besar merupakan pemuka Quraisy.
Dari kalangan kaum Muslimin, tercatat empat belas orang gugur syahid, enam Muhajirin dan delapan Anshar. Kemenangan nyata di pihak kaum Muslimin, kemenangan militer pertama umat Islam, yang menunjukkan kekuatan Islam semakin solid dengan tokoh pemimpin baru, Nabi Muhammad. HK