
Amanat.news – Senin pertama di Januari 2025 menjadi hari bersejarah dalam catatan karir sepak bola Aris Budi Prasetyo. Stadion Batoro Katong, Ponorogo, dan ribuan supporter yang hadir menjadi saksi kembalinya Aris sebagai pemain.
Hari itu, Aris tercatat sebagai pemain Indonesia tertua yang bermain di kompetisi resmi PSSI. Usianya sudah 49 tahun saat membela Persatuan Sepak Bola Hizbul Wathan (PSHW) Ponorogo melawan Perspa Pacitan di Grup P Liga 4 Jatim 2024/2025.
Aris yang sebenarnya menjabat pelatih kepala PSHW ikut turun ke lapangan sebagai bek pada menit ke-66. Dua hari kemudian ia juga ikut bermain sekitar 30 menit saat PSHW menghadapi Persinga Ngawi.
Berbekal pengalaman, ia memang hanya bermain taktis menyiasati stamina yang tak bisa dibohongi di usia hampir setengah abad. Namun soal mengolah bola dan menghadapi permainan lawan, kemampuan Aris belum turun.
“Usia memang tak bisa bohong. Tapi saya bisa bermain taktis karena menang pengalaman. Saya tetap bisa menekel lawan jika gawang kami terancam,” ucap Aris Budi pada amanat.news beberapa hari lalu.
Aris mengungkapkan alasannya bersedia kembali turun lapangan. Sebagai pelatih, berusaha memberikan ilmu bermain bola yang benar, dan sebagai pemain, ingin memotivasi mereka agar sukses menjadi pesepakbola.
”Makanya saya harus ikut bermain di pertandingan,” kata bek Timnas Indonesia pada Piala Asia 2004 itu.
Menurut Aris, pemain muda di Indonesia kurang serius menekuni sepak bola sebagai pilihan hidup. Akibatnya, mereka malas menambah porsi latihan sendiri.
”Kalau seperti itu terus, bagaimana bisa bersaing dengan pemain naturalisasi. Sementara Timnas Indonesia tak bisa terus menaturalisasi jika stok pemain diaspora habis,” jelasnya.
Aris mengaku sempat ada trauma untuk kembali bermain. Maklum, pada 2010 ia mengalami cidera ligament lutut kiri yang membuatnya gantung sepatu sebagai pemain profesional di usia 35 tahun.
Saat pertandingan pertama, kemampuan Aris berkontribusi dalam menahan Perspa imbang tanpa gol. Sayang, saat melawan Persinga timnya harus kalah 0-1, dan Aris juga harus absen ketika PSHW melawan Persepon Ponorogo di laga pamungkas Grup P.

”Saya tidak bisa ikut karena ada tugas ke Semarang. Saya bilang ke anak-anak, tugas ini tidak bisa saya tinggal karena ini adalah pekerjaan yang menghidupi saya,” ungkapnya.
Selain sebagai pelatih sepak bola, lelaki 49 tahun ini adalah anggota legislatif yang duduk di DPRD Kota Pasuruan. Sudah tiga periode ia mendapat amanah mewakili rakyat di kotanya; 2014-2019, 2019-2024, dan 2024-2029.
Di tiga periode tersebut, Aris membawa nama Partai Amanat Nasional sebagai payung perjuangannya di bidang politik. Di partai matahari biru ini juga, sudah sekitar lima tahun Aris menjabat sebagai Ketua DPD PAN Kota Pasuruan.
Sebagai kader PAN dan anggota DPRD tiga periode, Aris paham betul dengan kondisi kota kelahirannya. Ia mengaku perjuangannya sebagai wakil rakyat adalah untuk memajukan Kota Pasuruan.
Laki-laki kelahiran 22 Oktober 1975 ini melihat, pembangunan harus selalu membawa manfaat bagi masyarakat. Tugasnya adalah mengawal, agar pembangunan terus berkelanjutan dan bermanfaat meskipun kepala daerah silih berganti.
“Semua pembangunan yang berkelanjutan ini harus dikawal. Agar benar-benar bisa dirasakan manfaatnya,” ujar Aris. HK/Bersambung