
Amanat.news – Ngabuburit menjadi tradisi beberapa daerah di Indonesia saat bulan Ramadan tiba. Di Lamongan, masyarakat yang tinggal di sekitar Bengawan Solo memiliki aktivitas unik saat menanti datangnya waktu berbuka puasa itu.
Aktivitas tersebut berupa berburu ikan munggut atau ikan mabuk di Sungai Bengawan Solo. Masyarakat sekitar Bengawan Solo di Kecamatan Karanggeneng, Lamongan, menyebutnya dengan istilah kumbohan.
Pemerhati budaya Lamongan, Supriyo, menjelaskan, kumbohan merupakan tradisi masyarakat sekitar Bengawan Solo untuk menyambut level air sungai yang naik. Biasanya terjadi di musim hujan, di mana level air naik secara drastis dan keruh.
”Saat air menyentuh bibir sungai atau papak jurang istilahnya, dan keruh, biasanya ikan-ikan pada teler. Nah saat itulah warga kemudian beramai-ramai menangkap ikan mabuk itu,” jelas Supriyo melalui pesan WhatsApp kepada amanat.news, Selasa (11/3/2025).
Sebagian besar warga menangkap ikan-ikan teler dengan tangan kosong, ada juga yang menggunakan peralatan seperti jaring atau jala. Jenis ikan yang mereka dapat bermacam-macam, mulai udang besar, bader, keting, hingga bandeng.
Menurut Supriyo, tradisi menangkap ikan mabuk tidak hanya dimiliki warga Kecamatan Karanggeneng. Masyarakat lain yang daerahnya dialiri Sungai Bengawan Solo juga memiliki tradisi ini, hanya istilahnya berbeda-beda.
”Sejak dulu ada istilah lokal untuk menyebut aktifitas menyambut ikan mabuk di Bengawan Solo. Ada yang menyebut ngumbo atau ontrakan seperti yang populer di daerahku. Lain lagi yang sekitar Ngawi, Bojonegoro, atau Tuban,” papar alumnus Unitomo Surabaya ini.
Supriyo kurang sepakat bila kumbohan disebut sebagai tradisi menyambut waktu berbuka puasa atau ngabuburit di Lamongan. Karena belum tentu menangkap ikan mabuk tersebut dilakukan saat bulan Ramadan.
”Jadi kumbohan itu temporer. Belum tentu air naik yang membuat ikan-ikan pada mabuk terjadi saat bulan Ramadan. Jadi ini bukan tradisi ngabuburit, meski beberapa kali air naik pas bareng bulan Ramadan,” tegas Supriyo. HK/Foto: detikcom