Amanat.news – Tak diperhitungkan oleh kawan maupun lawan, Slamet Ariyadi berhasil menjadi anggota DPR RI. Dua periode menjadi legislator Senayan, Slamet terus berjuang untuk kesejahteraan masyarakat Madura yang diwakilinya.
Memutuskan ikut berkontestasi di Pemilu 2019 sebagai anak muda yang minim pengalaman politik, langkah pertama yang ia lakukan adalah meyakinkan masyarakat. Slamet harus menunjukkan bahwa dirinya benar-benar serius bertarung menjadi anggota legislatif.
Ia juga harus melawan kampanye negatif penguasa setempat yang mengatakan PAN tidak mungkin bisa menang di Madura. Si penguasa bahkan mengatakan akan potong tangan bila Slamet berhasil mendapatkan kursi untuk PAN.
“Di awal, pernyataan itu membuat pendukung saya pesimis dan membuat saya merasa sulit bertarung,” ungkap laki-laki yang saat ini sudah dua periode duduk di kursi DPR RI itu.
Slamet juga sempat diterpa isu yang mengatakan ia tidak sepenuh hati terjun ke dunia politik. Bahkan ada tuduhan Slamet menjadi caleg hanya untuk menjual suara dan coba-coba.
Namun, semua halangan itu tak membuat Slamet hilang semangat, justru menjadikannya lebih percaya diri. Apapun yang dilakukan lawan ia juga harus mampu melakukannya untuk memperoleh kepercayaan dan legitimasi masyarakat.
“Itu justru menjadi kunci semangat saya, saya harus mematahkan pandangan negatif di bawah. Menyemangati pendukung saya agar tidak down, agar tidak terpengaruh omongan-omongan negatif,” lanjutnya.
Sejak namanya ditetapkan dalam DCT, Slamet lantas menjalin komunikasi dengan semua orang. Tujuannya satu, meyakinkan masyarakat bahwa dirinya sebagai wakil generasi muda serius untuk menjadi wakil rakyat.
Berawal dari komunitas kepemudaan yang ia bangun di tingkat desa, siang malam ia turun langsung ke lapangan. Setiap ada acara masyarakat, ia pasti datang.
Dua bulan sebelum hari pencoblosan, komunikasi politik ia lakukan dengan tokoh dan elit politik lokal. Ia sowan kepada para tokoh tanpa melihat apakah yang bersangkutan mendukungnya atau tidak.
Salah satu tujuannya untuk menampik tuduhan bahwa dirinyaa hanya ingin menjual suara dan coba-coba. Sejak itu baru santer terdengar bila dia benar-benar serius akan bertarung dalam pemilihan legislatif.
“Dari situ saya juga tahu misi politik calon-calon lain. Kalau misi politiknya sama, maka saya tinggikan misi politik saya. Jadi mereka lebih percaya kepada saya,” ujar anggota Komisi I DPR RI tersebut.
Slamet mengaku, ia tidak memiliki tim pemenangan yang terstruktur karena terkendala pendanaan. Kawan yang loyal dia ajak ikut serta. Bahkan ia sendiri turut turun ke jalan untuk memasang gambar-gambar kampanyenya.
Meskipun tidak memiliki tim yang terstruktur, ia membuat tim ini bekerja secara efektif. Misalnya menggali data pemilih di setiap desa, kemudian menargetkan suara 50 persen dari total DPT di desa tersebut.
Di setiap desa ia juga memiliki orang yang bertanggungjawab menjalankan strategi pengumpulan suara. Setelah itu berkomunikasi dengan tokoh masyarakat desa tersebut yang ia nilai belum mendukung calon lain.
“Tapi tokoh yang sudah ke calon lain pun tetap saya dekati. Bukan untuk mendukung saya, tapi saya minta agar tidak merusak apa yang saya kerjakan,” ungkap Slamet.
Sejarah mencatat, melalui Pemilu 2019, Slamet Ariyadi berhasil melenggang ke Senayan untuk menduduki kursi DPR RI. Lima tahun kemudian, tetap dengan baju PAN, Slamet kembali terpilih mewakili tanah kelahirannya.
Ia berjanji akan terus berjuang untuk kesejahteraan masyarakat Madura yang diwakilinya. Menurut Slamet, Madura memiliki potensi alam yang luar biasa, mulai pertanian, budaya, hingga migas.
“Jika potensi ini dikelola dengan baik, maka akan berdampak positif bagi masyarakat. Saya akan kawal kebijakan-kebijakan pemerintah untuk mendorong kesejahteraan masyarakat Madura,” pungkas Magister Ilmu Politik dari Universitas Nasional tersebut. HK
