
Karena nazar, kader PAN ini mengikuti salat tarawih 30 juz di Pondok Pesantren Al Fatah. Sudah 3 kali ia ikut, dan membawa oleh-oleh pengalaman spiritual yang luar biasa.
Amanat.news – Pondok Temboro, demikian Ponpes Al Fatah sering disebut, dikenal menyimpan banyak daya tarik. Salah satunya adalah salat tarawih yang dilakukan sepanjang malam dengan membaca semua surat yang ada di Al-Qur’an.
Meskipun berat, salat tarawih dengan durasi sekitar 8 jam itu, banyak menarik minat orang untuk mengikutinya. Digelar sejak 13 tahun lalu, peserta salat sunah di bulan Ramadan ini terus meningkat setiap tahunnya.
Jamaahnya tidak hanya berasal dari kalangan santri pondok, namun juga masyarakat umum. Di antara mereka datang dari luar Jawa Timur, seperti Cirebon, Banten, dan Tangerang, bahkan ada yang dari Malaysia.
Salah satu jamaah non santri tersebut adalah Didik, warga Desa Taji, Kecamatan Karas, Magetan. Mantan Ketua PAN Kecamatan Karas ini sudah 3 kali mengikuti tarawih 8 jam di Pondok Temboro.
Berada dalam satu kecamatan, tempat tinggal Didik tak jauh dari Pondok Temboro, hanya sekitar 5 kilometer. Meski begitu, ia mengaku harus melakukan persiapan fisik sebelum mengikuti tarawih sepanjang malam.
“Persiapan fisik dulu, benar kuat nggak. Mental juga harus siap, karena salatnya kan lama, dari habis Isya’, sekitar pukul 19.30 sampai pukul 03.30, pas sahur,” kata Didik mengawali ceritanya kepada amanat.news, Kamis (6/3/2025).
Menurut Didik, jumlah rokaat salat tarawih 8 jam ini sama dengan yang dilakukan sebagian besar umat Islam, 23 rokaat. Bedanya, imam membaca 1 – 2 juz Al-Qur’an di setiap rakaat, hingga mencapai total 30 juz di akhir salat.
Lantaran butuh waktu sangat panjang, imamnya pun tidak hanya satu. Butuh sampai 10 orang imam yang secara bergantian memimpin salat.
Tiga puluh juz bacaan Al-Qur’an itu tidak dibaca dalam sekali berdiri, namun ada jedanya. Setiap 4 rakaat, para jamaah bisa istirahat untuk makan, minum, atau ke kamar kecil.
“Saya juga bawa sangu kopi dari rumah. Untuk menahan kantuk,” ujar Didik.
Laki-laki 48 tahun itu pertama kali ikut tarawih 30 juz pada 2022, kemudian berturut-turut pada 2023 dan 2024. Saat keikutsertaannya yang kedua, Didik bahkan mengajak anak pertamanya.
“Anak saya tertarik ingin ikut. Alhamdulillah kami semua kuat mengikutinya,” ucap Didik.
Anak laki-lakinya itu pula yang mendasari Didik mengikuti jamaah salat tarawih 30 juz di Pondok Temboro. Didik bernazar bila anaknya mendapatkan pekerjaan yang mapan, ia akan ikut tarawih yang disebut sebagai salat tarawih terlama tersebut.
“Sebelum ikut yang pertama, saya pernah bernazar kalau anak saya bisa hidup mandiri, saya akan ikut salat tarawih 30 juz di Temboro,” ungkapnya.
Salat tarawih 30 juz dilaksanakan setiap hari sepanjang bulan Ramadan. Tempatnya di Masjid Darussalam, masjid pondok yang berada di Dusun Trangkil hingga sering disebut Masjid Trangkil.

Didik menyebut tarawih 30 juz merupakan ibadah yang berat. Dirinya mengaku tidak sanggup kalau harus ikut setiap malam.
“Sampai pertengahan salat, sekitar pukul 12 malam, rasanya berat banget. Badan nggreges. Tulang dan daging rasanya sakit semua. Sesudah itu sampai selesai, baru terasa nyaman dan adem,” ungkap Didik.
Dari 3 kali menjadi jamaah salat tarawih 30 juz, Didik mengaku mendapat pengalaman spiritual yang luar biasa. Ia merasa hatinya yang selama ini keras menjadi lunak.
“Yang pasti juga mendapat kepuasan hati. Karena pernah melakukan ibadah yang berat, kalau melakukan ibadah lain terasa lebih ringan,” ucapnya.
Saat Didik terakhir kali ikut, tahun lalu, jumlah jamaah sekitar 80 orang. Ia memperkirakan tahun ini akan bertambah karena semakin banyak orang yang tertarik.
“Tapi saya belum tahu, ikut nggak Ramadan tahun ini. Hati belum tergerak….hehehe…,” pungkas bapak 2 orang anak tersebut. HK