
Amanat.news – Fraksi PAN DPRD Jawa Timur menilai harga beras masih terbilang tinggi di Jawa Timur. Bahkan kenaikan harga sumber pangan utama ini turut menyumbang inflasi Jatim sepanjang 2024.
Penilaian tersebut disampaikan Fraksi PAN DPRD Jawa Timur dalam pemandangan umum fraksi atas Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Gubernur Jawa Timur akhir tahun anggaran 2024 pada rapat paripurna masa persidangan I Tahun Sidang 2025 DPRD Jawa Timur, Rabu (9/4/2025).
Fraksi PAN menjelaskan bahwa pemerintah saat ini sangat fokus pada isu ketahanan pangan. Berkaitan dengan isu ini, Jawa Timur menjadi provinsi penting dalam penyediaan pangan utama dan pangan lainnya.
“Itu kami memberikan apresiasi kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur atas segala upaya yang telah dilakukan,” kata Juru Bicara Fraksi PAN DPRD Jawa Timur, Dr. H. Suli Da’im, SM., S.Pd., MM, membacakan pemandangan umum.
“Namun pada sisi lain, Fraksi PAN menyampaikan bahwa harga beras sebagai pangan utama di Jawa Timur masih terbilang tinggi, sehingga sepanjang 2024 inflasi Jatim salah satunya disumbang oleh kenaikan harga beras,” lanjut Suli Da’im.
Menurut Fraksi PAN, tingginya harga beras tidak hanya berkaitan dengan daya beli, tetapi akan berpengaruh pada inflasi yang berakibat lebih kompleks. Oleh karena itu, Fraksi PAN meminta penjelasan mengenai hal tersebut, berkaitan dengan intervensi yang telah dilakukan dan dampaknya.
“Selanjutnya dari aspek ketahanan pangan dengan concern dukungan kita terhadap program pemerintah pusat, kami perlu mendapat penjelasan mengenai apa fokus dan bagaimana dukungan anggaran untuk mempercepat perwujudan swasembada pangan di Jawa Timur,” ucap Suli Da’im.
Fokus dimaksud termasuk bagaimana memastikan pertanian berkelanjutan. Tujuannya untuk menggenjot produksi beras di beberapa sentra pangan utama seperti Ngawi dan Banyuwangi, sekaligus menyejahterakan petani.
Fraksi PAN juga memberi perhatian pada hasil perikanan budidaya dari petambak-petambak di beberapa wilayah mulai dari Sidoarjo, Gresik, Lamongan, hingga Tuban. Mereka membutuhkan pupuk untuk produktivitas tanahnya.
“Masalahnya bukan mahal harga pupuk, tetapi lebih dari itu sulit didapatkan. Sektor perikanan tambak ini telah memberikan kontribusi besar bagi perekonomian masyarakat. Mohon penjelasan mengenai masalah ini yang telah terjadi sejak beberapa tahun terakhir,” papar Suli Da’im. HK