Amanat.news – Sejak isu Muswil VI DPW BM PAN Jatim bergulir sekitar 2 tahun lalu, ia yang digadang-digadang meneruskan estafet kepemimpinan. Banyak senior PAN Jatim mendorongnya maju dalam kontestasi, namun Abdullah menolaknya.
“Saya mau fokus dulu ke kuliah. Ada target dari kampus, tesis harus segera rampung,” kata pemilik nama lengkap Abdullah As Syi’Abul Huda, mengenai kendalanya waktu itu.
Entah kenapa, ternyata DPW BM PAN tidak kunjung melaksanakan musyawarah wilayah. Kepastiannya baru 2 tahun kemudian, saat kembali dibuka pendaftaran untuk calon ketua dan anggota formatur.
Abdullah As Syi’Abul Huda pun sudah merampungkan tesis S-2nya di Jurusan Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang. Kali ini ia tergerak ikut berkontestasi memperebutkan kursi ketua BM PAN Jatim.
“Keberanian saya mencalonkan muncul karena partai ini telah memberikan saya banyak hal. Saya ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada partai ini,” ungkap laki-laki yang akrab dipanggil Cak Wo ini kepada amanat.news, Kamis (13/11/2025).
Menurut Abdullah, BM PAN sebagai sayap kepemudaan Partai Amanat Nasional, adalah gerbang aktualisasi diri. Sebagai kader partai yang lahir dari aktivisme, ia mengaku memiliki modal berupa ide, gagasan, dan integritas.
Ia berharap, melalui BM PAN ide dan gagasan anak muda mampu teraktualisasikan lebih terarah. Abdullah yakin, potensi anak muda yang ‘hanya’ berupa semangat, ide, gagasan, loyalitas dan intergitas, kalau dikolaborasikan serempak dan kompak, akan menjadi mesin kekuatan baru di tubuh PAN.
“Meminjam istilahnya Budiman Sujatmiko ‘jika nama leluhurmu atau orang-tuamu tidak tercatat dalam sejarah manapun, kamu harus membuat sejarah atas namamu sendiri’,” ujar Cak Wo.
Laki-laki kelahiran 1993 ini memang salah satu kader BM PAN dan PAN yang memiliki cukup pengalaman di dunia aktivis gerakan dan organisasi. Sebagai anak yang lahir di lingkungan Muhammadiyah, ia menempa kemampuannya berorganisasi di IPM dan IMM.
Saat ini, Abdullah masih tercatat sebagai pengurus Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Jawa Timur. Saat masih kuliah, ia juga aktif di Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI), selain di organisasi intra kampus.
Pengalamannya sebagai aktivis pergerakan itu kemudian yang menjadi pendorong Abdullah terjun ke dunia politik. Bagi orang yang pernah malang melintang sebagai aktivis pergerakan seperti dirinya, politik bukan barang asing.
Menurut Cak Wo, makhluk politik adalah salah satu DNA yang ada dalam diri seorang aktivis. Sebagian aktivis memilih politik sebagai jalan menuju ruang kekuasaan, ruang tumbuhnya dialektika untuk mengaktualisasikan kebijakan-kebijakan agar dapat dijalankan.
“Soe Hok Gie pernah mengatakan ‘politik itu seperti lumpur, namun suatu saat jika kita tidak bisa menghindari diri lagi maka terjunlah’. Karena setiap keputusan yang menyangkut hajat hidup orang banyak semuanya diputuskan secara politik,” katanya.
Abdullah begitu menikmati dunia politik dengan BM PAN dan PAN sebagai pilihan kendaraannya. Saat ini, totalitasnya ia wujudkan dengan berkhidmat sebagai Wakil Ketua DPW BM PAN Jatim dan Wakil Ketua Bidang POK DPW PAN jatim.
Ketika ditanya, apa yang akan ia lakukan jika terpilih sebagai Ketua BM PAN Jatim, Cak Wo menyebut kata kaderisasi dan gerakan berdampak. Menurut Cak Wo, dua hal ini berangkat dari jati diri BM PAN sebagai organisasi pengkaderan.
Yang pertama harus dilakukan adalah membangun manusia yang ada di organisasi, BM PAN Jatim, agar menjadi anak panah yang siap dilesatkan ke manapun. Organisasi ini, kata Cak Wo, tidak mencetak manusia yang memiliki jiwa ‘pangku tangan’ yang cenderung diam dan menunggu.
“Maka program kaderisasi menjadi langkah awal untuk mencetak manusia unggul. Di dalam tubuh BM PAN kita kenal sebagai nilai-nilai dasar perjuangan, dan aktivis BM PAN itu berfikirnya harus seperti professor dan bekerjanya harus sekuat kuli,” ucapnya.
Setelah kaderisasi menjadi program wajib, selanjutnya harus diaktualisasikan ke dalam Gerakan BM PAN Berdampak. Gerakan ini berwujud dalam 4 pilar usaha-usaha atau kerja, yaitu wirausahawan berdampak, riset, political collaborative, dan legislative class.
“Paradigma gerakan berdampak sesuai dengan jiwa kaum muda. Gerakan ini akan dimulai dari pikiran anak muda yang masih bergelora. Seperti kata Aristoteles ‘pikiran melahirkan tindakan, tindakan melahirkan kebiasaan, kebiasaan melahirkan karakter dan karakter menciptakan nasib’,” pungkas Abdullah. HK/Bersambung
