Amanat.news – Gagasan Presiden Prabowo Subianto mengenai pentingnya kemandirian pangan terus menginspirasi berbagai inisiatif di daerah. Di Kabupaten Kediri, konsep tersebut diterjemahkan dalam bentuk gerakan kecil namun praktis oleh anggota DPRD Kabupaten Kediri dari Fraksi PAN, M. Yusuf Aziz.
Bekerja sama dengan FunFarm, sebuah toko daring penyedia kebutuhan berkebun rumahan, Yusuf membagikan paket berkebun kepada para remaja di wilayahnya. Seluruh bahan dalam paket tersebut—mulai dari media tanam hingga pupuk—bersumber dari petani dan peternak desa, sehingga sekaligus memberi nilai tambah ekonomi bagi masyarakat lokal serta membantu pengolahan sampah organik.
Menurut Yusuf, melibatkan remaja dalam program ini merupakan pilihan strategis.
“Usia mereka adalah usia paling produktif. Dengan mengelola kebun mini, mereka belajar disiplin, sabar, dan merawat kehidupan. Ini pendidikan lingkungan hidup sekaligus latihan kemandirian ekonomi,” ujarnya.
Dalam satu paket berkebun, para peserta menerima polybag, media tanam, serta benih sayuran harian seperti cabai, tomat, dan tanaman cepat panen lainnya. Setiap rumah didorong menanam 15–20 polybag untuk memenuhi kebutuhan pangan harian keluarga. Dari perhitungan Yusuf, skema tersebut berpotensi menghemat pengeluaran hingga Rp 600 ribu per bulan.
“Kalau hasilnya berlebih, bisa dijual ke pedagang sayur keliling. Lumayan untuk menambah tabungan pendidikan anak-anak,” katanya.
Fenomena kebun mini keluarga atau urban farming saat ini memang tengah berkembang pesat, terutama di kawasan perkotaan dengan lahan terbatas. Namun bagi Yusuf, gerakan ini penting dibawa ke desa sebagai upaya membangun ketahanan pangan dari tingkat rumah tangga, bukan sekadar tren.
Program pembagian paket berkebun ini juga menjadi bagian dari rangkaian kegiatan pemberdayaan yang diinisiasi Yayasan Dimar Nusa Bakti. Para remaja sebelumnya telah mengikuti pelatihan pendidikan dan ekonomi yang difokuskan untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu agar tetap memiliki ruang tumbuh dan kesempatan memperbaiki masa depan.
Yusuf menyebut langkah kecil tersebut selaras dengan gagasan yang tengah ia dorong bertajuk “Lokal Hero”.
“Saya bermimpi setiap desa punya satu pahlawan lokal—anak muda yang menjadi motor penggerak ekonomi berbasis potensi desa. Desa harus punya CEO-nya sendiri,” katanya.
Ia menilai masa depan desa tidak seharusnya hanya bergantung pada dana pemerintah maupun investor besar, melainkan pada kreativitas dan kepedulian generasi mudanya. Mereka dianggap lebih memahami karakter, potensi, dan kebutuhan desa asalnya.
“Kemandirian pangan adalah pintu pertama. Setelah itu, kemandirian ekonomi, pendidikan, dan karakter. Semua berawal dari satu langkah kecil yang dikerjakan bersama,” ucap Yusuf.//
