
Amanat.news – Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno, melanjutkan agenda Roadshow MPR Goes to Campus dengan mengunjungi Universitas Airlangga (Unair) dan Institut Tehnologi Sepuluh Nopember (ITS), Rabu (19/3/2025). Ia mendorong pelibatan kampus dalam perumusan kebijakan publik.
Di Unair, Seminar Kebangsaan MPR Goes to Campus digelar di Aula Garuda Mukti, dengan tajuk Urgensi Transisi Energi Mencegah Dampak Perubahan Iklim. Tema yang sama diangkat dalam seminar berlangsung di Auditorium Gedung Research Center ITS, Rabu sore.
Dalam sambutannya di Unair, Eddy Soeparno menyampaikan bahwa tujuan dari MPR Goes to Campus adalah mendapatkan masukan dari para guru besar, dosen, peneliti dan pihak kampus dalam perumusan kebijakan. Khususnya yang berkaitan dengan transisi menuju energi terbarukan.
“Sebelum ke Unair, kami juga sudah melaksanakan MPR Goes to Campus ke UI, IPB, UGM, Undip dan kampus kampus lainnya. Hal ini kami lakukan karena saya percaya masukan dari universitas pasti berbasis pada riset, data dan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan,” ujar Eddy dalam keterangannya, Jumat (21/3/2025).
Politisi PAN itu menambahkan, ini adalah bagian dari komitmennya untuk mendorong agar kampus terlibat secara langsung dalam kebijakan publik. Eddy menegaskan, pelibatan kampus dalam kebijakan publik penting karena rekomendasi dari perguruan tinggi berbasis riset dan inovasi.
Penegasan Eddy tentang pelilbatan kampus dalam kebijakan publik, kembali disampaikan saat di ITS. Menurutnya, upaya ini sejalan dengan komitmen Presiden yang menempatkan pengembangan sains dan teknologi sebagai kunci mencapai kesejahteraan dan kemakmuran.
“Saat mengumpulkan Rektor di Istana Negara beberapa hari lalu, Presiden menyampaikan bahwa perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam menopang pengembangan industri berbasis riset dan inovasi sebagai upaya mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen,” ujar Eddy di ITS.
Di Unair, secara khusus, mantan Sekjen PAN itu mengajak kampus untuk terlibat dalam mengatasi darurat sampah. Menurut Eddy, saat ini persoalan sampah bukan hanya menjadi masalah lingkungan, tapi sudah menjadi masalah kesehatan sampai masalah sosial.
Eddy mengungkapkan dari 56 juta ton sampah, yang terkelola hanya 40 persen. Sementara itu, anggaran pemerintah daerah untuk sampah rata-rata masih di bawah 1 persen.
“Kami di MPR siap berkolaborasi dengan kampus untuk menghasilkan teknologi, temuan dan inovasi terbaru yang siap diaplikasikan di tengah masyarakat, khususnya dalam hal ini kolaborasi menyelamatkan lingkungan dan mempercepat transisi energi,” tuturnya. HK